Sabtu, 02 Juni 2018

PROLOG
Dunia memang fana, aku yang miskin tak memiliki apapun untuk lebaran nanti. Aku bingung harus berbuat apa untuk keluargaku. Aku telah berjanji jika ku pulang nanti aku akan menghasilkan uang untuk keluargaku, untuk ibu, ayah dan adik-adik tersayangku. Kenapa Allah memberiku cobaan seperti ini! Aku selalu sabar dan sabar menghadapi semua ini tapi kenapa? Kenapa? Kenapa allah mempersulitku! Aku yakin allah memang maha adil. Dan aku harus bersabar tuk menghadapi cobaan ini. Setiap rintangan akan kulalui walaupun teriknya sinar membakar tubuhku. Inikah nasib dari anak pertama?
Hidup merantau tinggal bersama budhe. Sejujurnya aku tak enak padanya, aku selalu merepotkannya. Diriku yang pemalas ini yang tak berguna ini hanya bisa menyusahkan orang lain. Kapan aku akan berguna tuk mereka? Berguna tuk orang yang kusayangi. Kapan?
Sesaat aku merasa iri jika melihat orang-orang yang selalu mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Sedangkan aku, hanya bisa menyusahkan mereka. Mendapatkan pelukan saja tak pernah apalagi mendapatkan kecupan dari orang tuaku, sama sekali tak pernah. Bagaimana rasanya?
Ingin sekali aku mendapatkan perhatian dari mereka. Tapi mereka hanya menatap adikku saja. Aku yang pemalas hanya menjadi bahan omongan dari ibuku. Diam. Yah, aku hanya bisa diam. Itulah cirikhasku saat ingin bersosialisasi aku hanya berkata secukupnya saja. Bergurau sama sekali aku jarang melakukannya. Aku takut gurauanku membuat hati mereka sakit. Dan aku tak ingin itu.
Adakah seseorang yang dapat menolongku, membantuku. Menarik diriku pada sebuah cahaya terang tuk meninggalkan rasa takut dalam diriku? Aku sungguh takut menjalani kehidupan kejam ini sendirian. Sungguh hatiku menginginkan seseorang yang dapat menyamaniku, melindungiku, dengan hati tulusnya menerima semua kekuranganku ini. Sungguh aku sangat ketakutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar