PROLOG
Dunia memang fana, aku
yang miskin tak memiliki apapun untuk lebaran nanti. Aku bingung harus berbuat
apa untuk keluargaku. Aku telah berjanji jika ku pulang nanti aku akan
menghasilkan uang untuk keluargaku, untuk ibu, ayah dan adik-adik tersayangku.
Kenapa Allah memberiku cobaan seperti ini! Aku selalu sabar dan sabar
menghadapi semua ini tapi kenapa? Kenapa? Kenapa allah mempersulitku! Aku yakin
allah memang maha adil. Dan aku harus bersabar tuk menghadapi cobaan ini.
Setiap rintangan akan kulalui walaupun teriknya sinar membakar tubuhku. Inikah
nasib dari anak pertama?
Hidup merantau tinggal
bersama budhe. Sejujurnya aku tak enak padanya, aku selalu merepotkannya.
Diriku yang pemalas ini yang tak berguna ini hanya bisa menyusahkan orang lain.
Kapan aku akan berguna tuk mereka? Berguna tuk orang yang kusayangi. Kapan?
Sesaat aku merasa iri
jika melihat orang-orang yang selalu mendapatkan kasih sayang dari orang
tuanya. Sedangkan aku, hanya bisa menyusahkan mereka. Mendapatkan pelukan saja tak
pernah apalagi mendapatkan kecupan dari orang tuaku, sama sekali tak pernah.
Bagaimana rasanya?
Ingin sekali aku
mendapatkan perhatian dari mereka. Tapi mereka hanya menatap adikku saja. Aku
yang pemalas hanya menjadi bahan omongan dari ibuku. Diam. Yah, aku hanya bisa
diam. Itulah cirikhasku saat ingin bersosialisasi aku hanya berkata secukupnya
saja. Bergurau sama sekali aku jarang melakukannya. Aku takut gurauanku membuat
hati mereka sakit. Dan aku tak ingin itu.
Adakah
seseorang yang dapat menolongku, membantuku. Menarik diriku pada sebuah cahaya
terang tuk meninggalkan rasa takut dalam diriku? Aku sungguh takut menjalani
kehidupan kejam ini sendirian. Sungguh hatiku menginginkan seseorang yang dapat
menyamaniku, melindungiku, dengan hati tulusnya menerima semua kekuranganku
ini. Sungguh aku sangat ketakutan.